blog ini di bangun pada hari kamis bertepatan pada tanggal 6 jumadil awal 1433 H / 29 maret 2012 , blog ini berisi artikel-artikel , sejarah-sejarah , kisah-kisah , dan cerita-cerita islami yang mana mungkin dangan adanya blog ini kita semua dapat menambahkan wawasan ilmu pengetahuan kita semua , amiin ,

Senin, 09 April 2012

Tgk Ibrahim Berdan (Abu Panton) Jalan Menuju Zuhud


Oleh : Sulaiman Hasyim/ Guru MAN Samudera Kab.Aceh Utara

Menurut Tgk Ibrahim Berdan(Abu Panton) salah seorang ulama kharismatik Aceh menjelaskan, seseorang akan kehilangan agamanya disebabkan oleh empat factor antara lain, tidak mengamalkan apa yang diketahui , mengamalkan apa yang tidak diketahuinya,  tidak mencari tau apa yang tidak diketahui, dan menolak sesorang yang hendak mengajari sesuatu yang tidak diketahui.

Hal ini dikarenakan manusia tidak bisa  bersandar kepada diri sendiri atau pun kepada mahluk lainya, untuk mendorong hal itu manusia harus mengetahui jalan syariat serta berpegang teguh padanya, jalan syariat yang kami maksudkan disini adalah jalan yang dituntun sumbernya dari wahyu Ilahi dan sunnah Rasul. Demikian diungkapkan Abu Panton dalam suatu pengajian di Dayah Malikussaleh belum lama ini.

Jalan ibadah seperti  itu bebas  ditempuh oleh siapapun dia bila memang dan sungguh-sungguh bercita-cita ingin dekat dengan Allah dan apa saja bentuk amalan yang dipersembahkan senantiasa merasa diyakini diawasi Allah SWT.

Oleh karena itu, hendaknya manusia taat pada segala perintah Allah dan rela pada segala ketentuan sang pencipta yaitu Allah SWT. Melalui jalan dasar utama yaitu melewati  pintu syariat. Untuk mencapai ma’rifat Allah maka seseorang harus menempuh jalan syariat berupa melaksanakan segala perintah dan menjauhi larangan-Nya.

Untuk mencapai ma’rifat Allah  setidaknya harus diawali  berbagai tahapan . Tahapan yang paling mendasar dan  mengesankan  tentu melalui jalan musyahadah. Kendatipun diketahui setiap muslim sering melakukan musyahadah dengan Allah SWT sebagai peran  mengharapkan keridhaan dan dicintai Allah.

Namun tidak semua harapan itu  khususnya bagi kaum awam mencapai tingkat mahabbah  sejati sebagai mana  yang dipraktikkan dan diraih  oleh  para  kaum sufi selama ini dan sepanjang zaman.

Tidak Mencintai Dunia

Semua manusia di dunia ini berfokus mencari kebahagiaan , ada kebahagiaan sesaat dan kebahagiaan hakiki. Kebahagiaan hakiki tentunya tempatnya diranah akhirat sedangkan kebahagiaan sesaat kita temui di alam baharu ini.

Jiwa dan raga kaum arifin,  yang sifatnya selama ini sering dijelaskkan ditempat-tempat pengajian dan dayah-dayah senantiasa dalam kondisi ibadah dan diam secara total  mereka dari fase ke fase disibukkan menyebutkan asma Allah. Mereka tidak bicara kecuali dititahkan untuk bicara. Mereka juga tidak mengambil jika diberi, tidak pula mereka bergembira jika tidak digembirakan. Hati mereka memang sudah setara  menyamai hati para Malaikat. Allah berfirman:

“Mereka tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan” (Q.S,66.6)

Derajat lain, menurut Abu Panton mereka telah menyamai  derajat malaikan  bahkan berpotensi setingkat lebih tinggi dari itu, hati mereka terjaga dari segala petaka, karena petaka hanya sampai kepada anggota badan serta tidak pernah sekalipun  mencapai kedasar hati mereka.

Jalan menuju sufi bebas  dilalui oleh siapapun asalkan kita mampu dan sabar jihad dibawah panji Islam dan aqidah yang benar, seperti yang telah dirintis oleh banyak para sufi atau kekasih Allah. Jika kita  merasa cukup dan kedekatanya sudah benar-benar shalih, maka Allah akan membuka untuk hamba ( yang mengikuti jalan ini) pintu-pintu bagiNya(qadha dan qadar), juga pintu kelembutan, rahmat, dan anugerahNya. Dia genggam dunia untuk mu, lalu membentangkan seluas-luasnya.

Semua fasilitas dan anugerah  ini hanya ditemui dan diberikanya pada manusia-manusia pilihan seperti para wali-wali dan shadiqin karena hanya Allah yang maha mengetahui nilai-nilai dasar ketakwaan yang dimiliki oleh setiap individu manusia.

Nabi Muhammad SAW, termasuk orang yang ditawari dunia , namun tidak sibuk mengurusinya dan lupa melayaninya. Rasul tidak melirik pada bagian-bagian rezekinya dengan segala kesempurnaan zuhud dan penetapan. Beliau pernah ditawari kunci-kunci kekayaan bumi, namun justeru mengembalikanya seraya berkata:

“Tuhan hidupkanlah aku sebagai orang miskin dan matikan aku sebagai orang miskin serta kumpulkan aku kelak bersama orang-orang miskin.”  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan Komentar Anda Untuk Kemajuan Blog Ini