blog ini di bangun pada hari kamis bertepatan pada tanggal 6 jumadil awal 1433 H / 29 maret 2012 , blog ini berisi artikel-artikel , sejarah-sejarah , kisah-kisah , dan cerita-cerita islami yang mana mungkin dangan adanya blog ini kita semua dapat menambahkan wawasan ilmu pengetahuan kita semua , amiin ,

Kamis, 05 April 2012

Antara Jujur dan Dusta


Oleh : H. Sulaiman Hasyim, S.Ag, M.Hum.( Pegawai Kantor Kemenag Aceh Utara)

Islam sendiri mengajarkan kepada kita bahwa kejujuran adalah puncak keutamaan, akhlak mulia yang utama, selanjutnya ia mengantarkan kepada kebaikan yang bisa mengantarkan seseorang ke surga, sedangkan dusta menghantarkan kepada kejahatan yang membawa seseorang ke neraka , sebagaimana disampaikan oleh  Baginda Rasulullah SAW dalam sabdanya: “Sesungguhnya kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan membawa ke surga, dan seseorang selalu jujur hingga ditulis di sisi Allah sebagai orang terpercaya, dan sesungguhnya dusta membawa kepada kejahatan, dan kejahatan mengantarkan ke neraka, dan sungguh seseorang berdusta hingga ditulis di sisi Allah sebagai pendusta,” (Muttafaq ‘alaihi)

Simbol kejujuran memilik nilai yang sangat tinggi, oleh karena itu siapapun yang memiliki hal itu  kedudukanya akan sangat terpuji baik  disisi Tuhan dan manusia. Sebaliknya bila hal  itu tidak dimiliki oleh seseorang tentunya nilai kemulian manusia berpotensi  terjerumus pada kehinaan yang  akhirnya  bisa  lebih hina dari binatang.

Karena itu dimanapun dia berada  serta  konsekwensi apa pun yang dia lakukan kejujaran  menempati urutan pertama. Baik ia sebagai  Pegawai Negeri, Pengusaha, pedagang, politisi dan akademisi sekalipun.

Lihat ditengah-tengah kita saat ini atau era yang sering disebut globalisasi,  kejujuran sudah semakin menipis dalam cara pergaulan hidup manusia,  percaya atau tidak  yang namanya kejujuran sudah semakin kering  kita jumpai dimana-mana. Misalnya saja  kalangan   PNS, birokrasi sering tersandung  dengan korupsi, Pengusaha  dengan penipuan, Pedagang dengan cara –cara yang haram,  Politisi  dengan menguber janji  yang ujung-ujungnya rakyat menuai kekecewaan yang amat mendalam.

Mestinya seorang muslim  adalah orang terpercaya, berusaha jujur dalam setiap perkataan dan perbuatannya, dan sungguh itu adalah kedudukan yang tinggi dan mulia bila seseorang ditulis di sisi Tuhannya sebagai orang terpercaya.

Bila seorang muslim yang jujur yang telah mencapai kedudukan yang tinggi ini, pasti tidak curang, tidak menipu, dan berkhianat; hal ini karena konsekuensi jujur adalah nasihat, jujur, dan setia, bukan menipu atau berkhianat.

Sesungguhnya perasaan seorang muslim  tidak mampu melakukan penipuan dan tidak akan sabar atasnya, bahkan ia akan gemetar karena takut kepadanya, karena ia melihat bahwa melakukan penipuan berarti melepaskan keislaman, ini ditetapkan oleh Rasulullah Saw. Dalam hadist yang diriwayatkan oleh muslim: “Barangsiapa yang menghunus senjata kepada kami maka bukanlah dari golongan kami, dan barangsiapa yang menipu kami maka bukan dari golongan kami”.

Dalam riwayat muslim yang lain bahwasanya Rasulullah Saw. Melewati tumpukan makanan, lalu beliau memasukkan tanggannya ke dalam tumpukan tersebut, ternyata jari-jari beliau tersentuh basah, maka beliau berkata: “ Apa ini wahai pemilik makanan?: Ia berkata : “Terkena hujan wahai Rasulullah, “ beliau berkata: “Mengapa engakau tidak meletakkannya di sebelah atas agar dilihat orang? Barangsiapa yang menipu maka bukan dari golonganku.”

Sesungguhnya masyarakat muslim adalah masyarakat yang dipenuhi dengan rasa cinta dan nasihat, pribadi-pribadinya terbiasa jujur dan setia, dari sini maka tidak ada tempat padanya bagi para penipu dan penghkhianat akan tetapi  sekarang marilah kita  bertanya  dimana letak kejujuran pada   masing-masing pribadi dan mari kita lihat dari segala cara dan sikap dalam rutinitas perjalanan hidup kita selama ini.  

Rasulullah SAW sendiri  sangat mencela penipuan dan pengkhianatan. Beliau tidak cukup membuang para penipu dan menjauhkannya dari masyarakat muslim di dunia, akan tetapai beliau mengumumkan bahwa setiap pengkhianat akan dibangkitkan pada hari kiamat dengan membawa bendera pengkhiantan, lalu ada yang menyeru di lapangan luas, menunjukkan pengkhianatannya, hal ini dalam sabdanya:”Bagi setiap pengkhianat bendera pada hari kiamat, dikatakan: ini penipuan si Fulan.,” ( Muttafaq  ‘ alaihi)

Alangkah malunya para pengkhianat, mereka mengira bahwa pengkhianatan mereka telah hilang ditelan masa, ternyata  dibeberkan pada hari kiamat didepan khalayak dan benderanya diangkat dengan tangan mereka.

Dan rasa malu mereka semakin bertambah jelek dan hina pada hari kiamat, ketika mereka mendapatkan Rasulullah SAW, yang diharapkan syafaatnya ditempat yang menakutkan ini,  mengumumkan  bahwa Tuhan Yang maha Kuasa menjadi musuhnya ; Karena mereka melakukan kejahatan pengkhianatan yang besar,  ia adalah kejahatan besar, yang menghalangi rahmat Allah bagi pelakunya,  dan mencegahnya dari syafaat Rasul-Na yang mulia: “ Allah SWT Berfirman: “ Tiga Orang, yang menjadi musuh-Ku pada hari kiamat,” Seorang yang memberi dengan nama-Ku kemudian berkhianat, dan orang yang menjual orang merdeka lalu memakan harganya, dan orang menyewa pekerja dan mepekerjakannya lalu tidak memberi ufahnya.”(HR Bukhari).

Seorang muslim sejati yang telah dihaluskan perasaanya oleh Islam  dan membukan celah-celah kecerdikan dalam dirinmya, akan menjauhkan dirinya dari menipu, berkhianat, dan dusta, betapapun sifat-sifat tersebut mendatangkan  keuntungan bagi dirinya, dan betapapun memberikan hasil. Hal ini karena ajaran Islam menganggab orang yang mempunyai sifat-sifat tersebut sebagai orang munafik dan orang-orang munafik berada didasar neraka yang paling bawah, dan mereka tidak mempunyai penolong dihari kiamat,” sesungguhnya orang-orang munafik ada didasar neraka paling bawah dan mereka tidka menadapatkan penolong. “(QS. Anisa’ 145)

Dan Rasulullah SAW bersabda : “ Empat hal apabila ada pada diri seseorang, maka ia munafik  murni, dan barang siapa yang mempunyai satu hal darinya,  maka pada dirinya ada sifat orang munafik hingga meninggalkannya: Apa bila dipercaya ia berkhianat, apa bila berbicara ia dusta, dan apa bila berjanji tidak menempati, dan apa bila bertengkar ia berbuat jahat” (Muttafaq’ alaihi)

Bagaimanapun harus kita renungi alangkah besarnya  tanggungj jawab  setiap manusia yang telah diberikan amanah  serta mengabaikan amanah dari rasa tanggung jawab baik   bagi pribadinya dan masyarakat, dimana kelak  dihari manusia berdiri  menghadap Tuhan alam semesta yang tak seorangpun terlepas  dari genggamanya diminta semua itu dipertanggung jawabkan. Oleh karena itu mari bersama-sama  kita mengajak  saudara-saudara se Iman se agama seraya berlaku jujur dalam hidup  dan berdiri di atas prinsip-prinsip  Ilahi  denga harapan menjadi insane  yang paling berkualitas  sangat dipanggil Sang pencipta. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan Komentar Anda Untuk Kemajuan Blog Ini